Senin, 31 Agustus 2015

Memproduksi Teks Cerita Sejarah



UPACARA SIRAMAN
            Dalam perkawinan adat Jawa tentu saja kita tahu upacara siraman. Upacara siraman ini dilakukan sehari sebelum akad nikah. Upacara siraman ini menurut adat Jawa harus dilakukan karena perkawinan adalah suatu  peristiwa yang suci untuk membangun keluarga selama-lamanya. Selain itu, makna dari upacara siraman adalah untuk membersihkan jiwa dan raga. Perlengkapan upacara siraman diantaranya adalah air bersih dari beberapa sumber mata air (tujuh sumber mata air), kembang setaman (bunga kenanga, kantil, melati dan mawar) yang ditaburkan dalam air, sepasang kelapa muda hijau dan alas duduk. Calon pengantin disirami dengan air yang disebut air perwitasari (Banyu Perwitasari) yang melambangkan kehidupan bersama dengan kembang 7 setaman. Orang yang memandikan calon pengantin biasanya, orang yang sudah berkeluarga atau orang yang dituakan. Jumlah orang yang melakukan Siraman itu ada tujuh orang. Bahasa Jawa tujuh itu PITU, mereka memberi makna PITULUNGAN (berarti menolong). Ada tujuh pitulungan atau penolong, biasanya tujuh orang yang dianggap baik atau penting yang membantu acara ini. Setelah selesai dibersihkan, pengantin diguyur dengan air yang khusus ditempatkan dalam klenting oleh seorang wanita yang paling tua di situ, kemudian klenting tersebut dibanting sampai pecah sambil mengucapkan "wis pecah pamore" , maksudnya calon pengantin sudah cantik. Setelah itu, keluarga pengantin perempuan akan mengirim utusan dengan membawa Banyu Perwitosari ke kediaman keluarga pengantin pria dan menuangkannya di dalam rumah pengantin pria.

Narasumber : Ibu Muparwati
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar